Bagi sebagian orang kehidupan dunia ini membosankan, terlalu sempit, terlalu kaku, terlalu banyak aturan yang berlaku, terlalu banyak basa-basi yang tak perlu. Bagiku kehidupan dunia ini selalu berubah-ubah. Kadang aku melihat senyum dari wajah seseorang namun esoknya aku melihat yang berbeda, wajahnya jadi kaku tak hangat lagi. Kadang aku melihat esok hari menyenangkan karena entah kenapa namu kadang juga aku merasa esok hari hanya pantas untuk diisi dengan tidur malas di atas kasur.
Aku ingin menulis jujur dalam lembar ini, terlepas dari paradigma dan nilai-nilai yang aku pegang, aku menulis lepas seperti pengamat yang sedang memandang benda yang tak bernyawa sama sekali, seperti programer yang sedang memandang sistem yang sedang dia benahi.
Ini selalu terjadi, meskipun aku merasa banyak yang menutup-nutupi seolah-olah kehidupannya begitu bahagia tetap saja aku curiga dia tidak terbuka dalam hal ini. Tetap saja aku bisa melihat wajahnya tidak seperti yang dia bilang bahwa semuanya baik-baik saja, memaksa baik ketika tak baik bagiku itu merupakan hal yang merusak, merupakan hal yang tak pantas bagi kita manusia. Bisakah kita merasa baik secara alami? Bisakah bersikap alami juga ketika semua sedang tidak baik? Bisakah kita tidak menutup-nutupinya? Mungkin semua akan menolak untuk melakukan itu. Akan menolak karena takut nama baik yang telah dia bangun hilang lenyap karena penilaian orang lain. Menolak karena dia tak mau melihat realita, hanya mau melihat nilai-nilai yang dia pegang akan tetap abadi.
Aku merasa bingung dalam hal ini, merasa ada yang ganjil dengan sikap semacam itu. Ada benak yang tidak bisa menerima. Ada benak yang menganggap hal semacam itu akan jadi dusta dengan topeng putih yang cantik dan anggun dalam pandangan.
Aku jadi malas mendengar kata-kata manis manusia, aku jadi malas melihat senyum hangat yang mengatakan seolah-olah tak terjadi apa-apa. Aku jadi malas menanggapi ajakan penuh semangat bahwa kita akan menang. Aku malah ingin melihat lebih dalam ke dalam mimpi itu semua, akankah mimpi-mimpi semacam itu akan jadi nyata? Mereka menyebutnya bukan mimpi, mereka menyebutnya janji. Namun tetap saja ketika masuk ke benak kita itu akan jadi mimpi yang kita bangun dengan persepsi naluri kita.
"Janji" aku bisa memahami kata itu, aku bisa memahami maknanya. Namun aku ingin setiap kata jangan kita paksa mengeluarkan makna yang kita inginkan. Jangan kita paksa semua seakan bai-baik saja, jangan kita paksa semua warna harus berubah menjadi putih. Jangan kita paksa itu, sungguh melelahkan memaksa hal-hal semacam itu.
Sementara ini aku belum bisa menutup narasi ini, belum bisa menyumpulkannya. Narasi ini kubuka dalam benakku yang belum menemuka warna yang pantas untuk bisa menjadi lukisan yang indah bagi semua.
No comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar, terimakasih.