Melihat bintang yang selalu indah, melihat bulan yang selalu tenang, melihat matahari yang selalu terang, melihat langit yang terus berkah dengan air hujan yang nikmat, melihat tanah yang selalu setia mengeluarkan tumbuhan yang kita butuhkan. Semua berada dalam kondisi yang stabil untuk kita, semua makhluk-makhluk ini tidak berubah setelah berjuta-juta tahun bahkan besar kemungkinan lebih lama lagi.
Kondisi stabil yang tak bisa diganggu, itu tabiat alam ini, kondisi yang labil yang mudah berubah-ubah tabiat manusia. Perbedaan yang sangat jelas dan sangat kontras. Jelaslah nyata kita yang merusak alam ini, jelaslah manusia yang paling tidak bisa berjanji untuk menjaga yang telah diamanahkan. Ketidak stabilan manusia menjadi hal yang sangat menakutkan bagi para Malaikat sewaktu Allah mengumumkan akan Penciptaan Adam. Ketidakstabilan sifat yang akan membuat kerusakan kepada Alam yang begitu stabil ini. Namun Ketidakstabilan ini bukan diartikan sebagai ketidaksempurnaan manusia, salah, manusia adalah makhluk yang sempurna, kesempurnaan dan kemuliaannya yang mewajibkan Malaikat dan Iblis bersujud kepada Adam atas Perintah Allah.
Melihat ketidakstabilan manusia membuat kita harus melihat kesempurnaannnya juga, tidak boleh melihat satu sisi dengan melupakan sisi yang lebih unggul yang bisa menjadi modal untuk mengendalikan kelemahan atas ketidakstabilan ini.
Manusia makhluk yang Allah muliakan, makhluk yang memiliki kelebihan dan kemuliaan melebihi makhluk-makhluk yang lain. Ketidakstabilan manusia lebih pantas kita posisikan sebagai ujian bagi manusia, agar manusia dinamis dg modal kemuliaannya, jangan sampai manusia ini pasif setelah memiliki kemuliaan.
Manusia wajib bergerak dengan aturan-aturan Allah agar tetap bisa mulia dengan gerak dinamisnya, jika dia berhenti bergerak dengan aturan Allah, jadilah manusia menuju ketidakstabilan yang merusak dirinya dan bumi ini.
Ketidakstabilan yang menjadi ujian bagi kemuliaan manusia.
No comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar, terimakasih.