Belajar Memilih

Banyak yang bingung ketika ingin memilih sesuatu. Antara takut dan ingin. Antara iya atau tidak. Ini yang sering terjadi ketika sesorang ingin membuat pilihan - pilihannya.

Sebelum memilih memang kita harus sadar terlebih dahulu bahwa kita memilih untuk keuntungan atau untuk kerugian ?, itu harus jelas terlebih dahulu. Jangan sesekali kita memilih sesuatu tanpa tujuan, janganlah memilih hanya karena kepingin atau hendak memiliki atau hendak merasakan atau hendak menjadi sesuatu. Bagi saya keinginan-keinginan semacam itu bukanlah wujud kenyataan tetapi lebih cendrung sebagai wujud perasaaan.
Sedang persaaan akan cepat menguap dalam waktu singkat, yang tersisa hanya kenyataan yang tidak kita sangka-sangka sebelumnya.

Ini yang sering menjebak kita.

Tahap pertama ketika ingin memilih kita harus memperjelas tujuan kita memilih bukan perasaan kita terhadap pilihan itu tapi harus spesifik kepada tujuan, tujuan yang bersifat pasti dan nyata jangan hanya bersifat rasa.

Tahap kedua adalah memastika objek pilihan kita itu sifat dasarnya netral atau positif atau negatif . Bingung ya ? hehehe...., objek nentral itu adalah objek yang tidak jelas keuntungan atau kerugiannya, misal ingin jadi presiden, ingin jadi anggota dewan, ingin jadi pengusaha, itu semua sifatnya netral bagi kita, bisa berhasil bisa tidak, bisa ngabisin modal kita bisa menambah keuntungan. itu masih netral.

objek postif itu jelas keuntungannya, bahkan Allah sendiri jamin kita akan untung, misal ibadah, misal bersedekah, misal membantu orang, misal belajar, misal makan yang baik, misal NIKAH ! hahaha...., itu jelas postif

objek negatif yaitu objek yg dominan negatif, misal marah, balas dendam, memiliki yang bukan milik kita, mendefinisikan objek yang negatif agak sulit, karena saya tdk ahli di situ, pokoknya semacam gitulah.

Tahap ketiga, kita harus paham bahwa objek itu akan berubah mengikuti sistem kontrol yang kita buat, jika kita tidak punya sistem kontrol ya objek itu yang akan mengontrol kita.

Pembahasannya.

1. Jika kita memilih objek netral, yang sangat menentukan adalah sistem kontrol yang kita miliki., banyak yang salah melihat objek nentral, banyak yang menyangka objek nentral itu objek postif, banyak yang manyangka bahwa jadi presiden itu akan menguntungkan dirinya, saya akan melihatnya sebagai nentral saja, jika kita belum punya sistem yang kuat untuk memiliki dan mengontrol objek nentral, objek nentral itu tidak akan memberikan manfaat bagi kita, bahkan jika salah kita mengontrolnya objek nentral itu bisa jadi objek negatif. Misal sebagai contoh ada seseorang yang sangat mengharapkan dirinya jadi Kepala Daerah, dia bergerak tanpa perencanaan yang matang, lalu gagal, banyak kerugian yg dialami yang belum dia prediksi, Jika berhasil pun dia akan gagal memimpin karena tidak punya perencanaan untuk memimpin. Tapi jika dia punya kontrol yang baik jika gagal pun dia sudah merencanakan untuk mengamankan dirinya dalam kegagalan, jika menangpun dia sudah siap memprediksi kondisi kemenangan untuk memaksimalkan fungsinya.

2. Dalam mengontrol objek negatif itu yang sangat sulit, misal adakalanya kita butuh berkawan dengan orang yg dikenal "jahat" atau dikenal "licik" ini sangat riskan jika kita tak punya sistem kontrol yang kuat yg telah kita bangun. Bagi saya merekok itu cendrung negatif, jika seseorang perokok tak memiliki sistem kontrol kesehatan yang bagus dia pasti akan cepat sakit, jikalau pun dia punya sistem yang kuat seberapa lama dia akan bertahan dg sistemnya itu?, makanya dalam hal objek negatif kita harus bergerak dengan cepat jangan lama bergelut dan berteman dg objek negatif tersebut, harus cepat dituntaskan tujuan yang ingin kita capai lalu putuskan hubungannya, amannya jangan mencoba mengambil objek negatif jika masih ada objek netral. Keiinginan yang bersifat negatif harus kita jauhi itu yang lebih aman.

3. Ini yang paling menguntungkan yaitu objek positif, dalam objek positif keuntungan kan lebih jelas terlihat. Kontrol kita hanya untuk memastikan bahwa kita tidak sedang memakai kontrol negatif, kita hanya memakai kontrol positif dalam mengoperasikan objek postif ini. Contoh ringannya, Belajar itu jelas postif, dan jelas akan ada manfaatnya, jadi kita tidak boleh memakai perasaan negatif di sini. Cukup pakai perasaan postif, gaya kerja postif dan otomatis manfaatnya akan kita rasakan, tapi jika kita menggunakan kontrol negatif atau perasaan atau kerja secara negatif pada objek positif manfaat tidak akan kita dapatkan. Di objek positif inilah agama kita meminta kita untuk berbaik sangka karena jelas ada manfaatnya. Berbaik sangka adalah kontrol postif pada objek positif.

Mudah-mudahan bermanfaat, pembahasan ini insyaAllah akan berlanjut dalam konteks yang lain.




No comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar, terimakasih.