Presuppositions (5)




Individual Skills Function by Developing & Sequencing Rep Systems.

(Skill Individu berfungsi dengan pengembangan dan urutan dari Rep System)


The rep system has two key components in the NLP model: submodalities and strategies.




Rep sistem memiliki dua komponen kunci dalam model NLP: submodalities
dan strategi.

A. Representasi Sistem (Modalitas)

Apa yang muncul dalam benak Anda jika saya minta untuk memikirkan secangkir coklat susu kental hangat?

  • Gambaran sebuah cangkir berisi cairan berwarna coklat kental disertai asa lembut yang mengepul ke atas kah?
  • Suara yang muncul ketika Anda sedang menyeruput secangkir coklat susu dengan penuh kenikmatan kah?
  • Lidah yang bergejolak merasakan manis dan lembutnya kah?
  • Harumnya wangi coklat yang bercampur susu?
  • Rasa hangat yang mengalir dari lidah menuju kerongkongan dan berakhir di perut kah?
Mampukah Anda mengalami semuanya? Apakah semuanya sama bagi Anda atau adakah salah satu yang dominan?

Selamat datang di pintu persepsi! Selayaknya sebuah pintu adalah tempat pertemuan dunia luar dan dalam, begitu pulalah yang terjadi dengan pintu persepsi. Untuk bisa memiliki persepsi kita memerlukan informasi yang masuk ke dalam pikiran untuk diolah. Bedanya dengan pintu kayu yang ada di rumah, pintu persepsi senantiasa siap dan terbuka kapan pun dibutuhkan. Ia disediakan oleh Tuhan dalam bentuk reseptor di seluruh tubuh dan pintu tempat kita memasukkan informasi. Pintu tersebut adalah kelima panca indera kita yang menerima informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan mengecap. Dalam NLP, kelima cara ini disebut sebagai representational system atau biasa disingkat dengan rep system. Disebut demikian karena memang fungsinya adalah merepresentasikan alias menyajikan ulang informasi (re-present) yang ada di luar diri kita ke dalam sinyal-sinyal yang bisa kita pahami.

Rep system bekerja dengan cara menerima informasi dan mengaktifkan memori yang kita miliki untuk kemudian digunakan sebagai referensi dalam menghasilkan perilaku tertentu. Aktivitas ini terjadi di dalam jaringan penghubungan antar saraf di dalam otak kita. Ketika kita menerima informasi melalui indera, otak kita melakukan pengkodean terhadap informasi tersebut dalam bentuk tertentu. Misalnya, ketika kita menerima informasi dalam bentuk visual, otak kita mengkode informasi ini dalam bentuk sebuah gambar. Jika informasi diterima secara auditori, maka ia akan dikode dalam bentuk suara atau kata-kata. Sedangkan informasi yang datang dalam bentuk perasaan (kinestetik) akan dikode oleh otak sebagai emosi—kinestetik sendiri sebenarnya masih bisa dipecah lagi menjadi bentuk bau dan rasa (pengecapan), namun dua yang terakhir ini. Nah, kode-kode inilah yang akan muncul setiap kali kita mengingat-ingat informasi yang pernah masuk ke dalam pikiran kita.

Meskipun otak kita seringkali menggunakan lebih dari satu macam kode untuk merepresentasikan pengalaman, kita umumnya memiliki preferensi tertentu terhadap rep system. Saya sendiri lebih senang untuk membayangkan sesuatu ketika mengingat-ingat pengalaman masa lalu. Lain dengan istri saya yang amat mudah memasukkan suara, perkataan, dan musik ke dalam ingatannya. Namun demikian, ketiga jenis ini hanyalah sebuah preferensi dan sama sekali bukan tipe kepribadian. Maksud saya, tidak ada orang yang benar-benar murni visual dan sama sekali tidak bisa menggunakan kemampuan auditori dan kinestetiknya. Yang ada hanyalah mereka yang memang lebih suka dan lebih mudah merepresentasikan pengalaman dengan menggunakan salah satu rep system secara dominan dan yang lain sebagai pelengkap.

Lalu, apa manfaat yang bisa kita peroleh dengan memahami rep system ini?

Sangat banyak. Sebagai contoh, Anda yang mengkode informasi secara kinestetik tentu akan menggunakan kata-kata yang bisa merepresentasikan pemikiran Anda secara tepat. Kata-kata seperti rasanya, berat/ringan, harmonis, terasa pas, lembut/kasar, dll tentu akan menjadi pilihan Anda dibandingkan yang lain. Nah, apa yang kira-kira akan terjadi jika Anda menggunakan kata-kata ini untuk berbicara dengan orang-orang yang mayoritas ternyata menggunakan rep system visual dan auditori? Pastilah Anda akan kesulitan untuk membuat mereka memahami secara langsung maksud dari pembicaraan Anda.

Sisi lain, dari penjelasan di atas kita juga bisa menyimpulkan bahwa kata-kata seseorang adalah kata kunci untuk mengenali rep system yang ia gunakan dan karenanya memungkinkan kita untuk masuk ke dalam dunianya dengan lebih smooth. Semisal, jika rekan Anda mengatakan, “Saya belum bisa melihat inti dari idemu,” maka hakikatnya mereka sedang meminta suatu gambaran visual. Untuk membangun keakraban dan menciptakan komunikasi yang lancar, Anda bisa menggunakan kata-kata berorientasi visual dalam kalimat Anda. Dengan memakai kata-kata berorientasi sama berarti kita berbicara dalam bahasa mereka dan membuat mereka berpikir kita memiliki kesamaan dengan mereka. Sudah menjadi rahasia umum, bukan, jika orang lebih suka untuk berinteraksi dengan mereka yang memiliki cara berpikir dan berperilaku yang sama?




B. Submodalitas




Setiap Rep System atau Modalitas (V,A,K,O,G) terdiri dari subkomponen atau submodalitas.

Dalam NLP, panca indera itu dinamakan dengan istilah MODALITAS. Modalitas pun memiliki beberapa sub, yang disebut dengan SUBMODALITAS. Submodalitas merupakan representasi dari modalitas (panca indera).

Melalui submodalitas inilah Anda akan berkreasi untuk memprogram ulang pikiran Anda. Submodalitas merupakan teknik dasar tetapi sangat powerfull. Saya akan paparkan beberapa contoh submodalitas.

Submodalitas adalah elemen-elemen indrawi didalam modalitas indrawi.
  • Sistem visual  menggunakan terang, warna, ukuran, jarak, lokasi, dan sebagainya.
  • Sistem Auditorial menggunakan sterio atau mono, volume dan tempo.
  • Sistem kinestetik mencakup temperatur, tekstur, intensitas, ukuran, dst.




Semakin Anda mengenali submodalitas yang terjadi, semakin dekat Anda untuk  bisa memrogram pikiran Anda menjadi lebih baik.

Sebagai contoh aplikasinya, pikirkan sesuatu hal yang membuat anda termotivasi. Perhatikan dengan baik-baik submodalitasnya. Bagaimana warnanya? Bagaimana bentuknya? Dimanakah lokasinya di dalam tubuh? Bagaimana rasanya? Apakah Anda menjadi “pelaku” (asosiasi) atau hanya sebagai “pengamat” (disosiasi). Perhatikan dengan baik dan detail apa yang terjadi. Untuk memudahkannya, Anda bisa tuliskan di secarik kertas apa saja yang terjadi pada tubuh Anda.

Setelahnya, kosongkan kembali “layar” beserta semua yang muncul di dalam pikiran Anda.

Kemudian pikirkan sesuatu hal yang membuat Anda demotivasi atau sesuatu hal yang membuat Anda menunda action. Bagaimana warnanya? Bagaimana bentuknya? Dimanakah lokasinya di dalam tubuh Anda? Bagaimana rasanya? Perhatikan dengan baik dan detail apa yang terjadi. Tuliskan juga di secarik kertas.

Setelah Anda melakukan dua hal di atas, Anda menemukan perbedaan yang terjadi pada level submodalitas Anda bukan? Bagaimana yang terjadi pada saat Anda termotivasi dan demotivasi? Bagaimana pula cara mengubah kondisi demotivasi menjadi motivasi? Ada sebuah teknik yang mampu membantu Anda merubah kondisi tersebut. Teknik tersebut dinamakan MAPPING ACROSS.

Caranya cukup mudah. Pikirkan hal yang membuat Anda termotivasi dan perhatikan submodalitasnya. Pertahankan sensasi dan rasa yang terjadi. Setelah itu pikirkan hal yang membuat anda demotivasi dan tetap pertahankan sensasi dan rasa yang terjadi saat anda dalam keadaan termotivasi. Kemudian rehatlah sejenak, sekitar sepuluh detik. Setelah rehat, pikirkan lagi hal yang membuat anda termotivasi dan pertahankan sensasi yang ada. Setelah mendapatkan kembali sensasinya, segera rubah pikiran anda kepada hal yang membuat anda demotivasi dengan tetap mempertahankan kembali sensasi yang terjadi. 

Lakukan langkah-langkah ini beberapa kali.

Perhatikan apa yang terjadi setelah anda mengulangnya beberapa kali. Ajaib bukan? Respon anda terhadap hal yang membuat demotivasi, hilang. Walaupun anda berhadapan dengan hal tersebut, yang muncul adalah anda tetap memiliki motivasi yang kuat.
Sekali saja anda memahami bagaimana perbedaan yang terjadi di dalam tubuh saat anda sedang termotivasi dan demotivasi, anda dapat menggunakan submodalitas untuk memrogram ulang pikiran anda. (nanti akan kita pelajari lebih lanjut di sesi reframing)


C. Strategi

Strategi adalah kumpulan representasi internal (pikiran) yang ketika dikombinasikan, dikontraskan dan diperbandingkan dalam urut-urutan tertentu akan menghasilkan sebuah hasil atau akibat tertentu. Setiap orang berpikir dalam (V), suara (A) dan rasa (K); kadang dengan penciuman (O) dan cecap (G) juga. 

Strategi adalah sebuah urutan dari representasi ini, termasuk memori dan kontruksi baru. Sebuah strategi yang fungsional akan menuju ke pengalaman eksternal (atau bisa dibuktikan di dunia luar)

Sebuah  Contoh :
Dengan mempertimbangkan fakta bahwa setiap hari Anda keluar dari tempat tidur di pagi hari. Bagaimana cara Anda melakuakannya? Apa yang memungkinkan Anda untuk melakukan perilaku ini saat bangun tidur? Apa yang Anda lakukan di dalam kepala Anda yang memungkinkan Anda untuk menempatkan tubuh Anda bergerak dan untuk mendapatkan diri Anda keluar dari tempat tidur?

Apakah Anda pertama kali mendengar jam alarm (Ae-auditori eksternal)? apa yang terjadi selan-jutnya? Anda mungkin telah mengatakan beberapa kata-kata, “Oh tidak, sekarang saatnya untuk ba-ngun” (bantuan lebih banyak Digital Auditory, internal). Apa yang Anda lakukan selanjutnya? Mungkin Anda memiliki perasaan tidak merasa seperti bangun (Ki-kinestetik inter-nal maupun “emosi”) dan sensasi kinestetik yang Anda berikan penghakiman yang terdiri dari rasa pegal di punggung Anda (Ki-kinestetik negatif). Tapi kemudian Anda tahu bahwa jika Anda tidak bangun maka Anda akan bekerja lembur dan kehilangan pekerjaan Anda (bantuan lebih banyak kata tentang pekerjaan, masa depan Anda). Jadi, Anda memiliki dialog internal dengan diri sendiri tentang perlunya bangun untuk bisa pergi bekerja (bantuan lebih banyak Kata digital pendengaran). Ketika pengetahuan ini mencapai ambang tertentu itu akan memberitahu tubuh Anda untuk bergerak dari tempat tidur (Ke-kinestetik eksternal).

Semua potongan-potongan rumus, langkah demi langkah formula untuk Strategi motivasi Anda untuk  bisa bangun di pagi hari, secara berurutan kita dapat tulis:

Ae -> Aid -> Ki -> Ki -> Aid -> Aid -> Ke

Strategi akan menggambarkan urutan rep sistem, yang menyediakan desain dimana kita dapat menghasilkan hasil tertentu. Robert Dilts (1980) menulis, “Semua perilaku terbuka kita dikendalikan oleh proses strategi internal kita”(hal. 26). 

Otak Anda memiliki strategi untuk menghasilkan semua pengalaman tersebut seperti belajar, mengajar, motivasi, memberitakan, ejaan, mencintai, membenci, memperhatikan, dan untuk semua perilaku yang dapat diamati.

Secara formal, strategi mengacu pada setiap set internal dan eksternal (order, sintaks) dari pengalaman yang konsisten menghasilkan hasil tertentu. Sebagian besar strategi kita adalah untuk bertahan hidup, berpikir, berinteraksi, dan lain-lain telah berkembang pada usia muda. Tanpa disadari kita telah belajar bahwa urutan tertentu dari rep system kita (strategi) akan menghasilkan hasil tertentu. Sejak saat itu kita mengeneralkan satu strategi untuk semua hal untuk bisa mendapat hasil tersebut.


The key phrase about human syntax or structure lies in this phrasethe sequencing of rep systems”.




Ungkapan kunci tentang sintaks manusia atau struktur terletak padakalimat ini“urutan rep sistem”.

No comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar, terimakasih.