NLP Presuppositions (1)


  1. The “map” is not the “territory” or “The menu is not the meal”

Sama seperti “peta” tidak benar-benar seperti “wilayah” yang diwakilinya, kata yang kita gunakan tidak terdiri atas peristiwa atau item-item yang kata itu wakili. “Territory”  adalah sebagai realitas di luar sana, di luar kulit kita, terdiri dari miliaran rangsangan per detik, dunia yang selalu berubah dari tarian elektron, perubahan energi.

“Map” menggambarkan apa yang ada dalam tubuh kita (penerimaan neurologis orang-orang atas manifestasi energi) dan apa yang ada di kepala kita (“mental”, pemahaman konseptual tentang wilayah). Jadi kita memiliki dua tingkat fenomena realitas di sini eksternal dan internal, realitas yang subjektif.


Keyakinan kita (Beliefs) akan bertindak sebagai filter neu-rologis utama yang menentukan bagaimana kita memandang realitas eksternal. Keyakinan kita tentang apa yang kita nilai sebagai penting atau tidak penting akan sangatkuat mem-bentuk persepsi kita, seperti halnya unconscious neuro­logical filters (Meta-program introversi/ ekstroversi, dimotivasi oleh keinginan atau avoidances, gestalt dibandingkan berpikir detail).

Apa yang terjadi di dalam kepala kita tentang suatu peristiwa tidaklah meliputi semua kejadian, hanya terdiri dari persepsi kita tentang peristiwa itu. Dampak kritis dari pemahaman ini adalah segala sesuatu tentang kita! Mengapa? Karena ketika kita mengalami suatu peristiwa eksternal, kita mencoba untuk memahami itu. Dalam upaya kita untuk memahami peristiwa itu, kita membangun repre-sentasi internal (IR) dalam pikiran kita itu. representasi internal yang meliputi informasi yang diterima melalui semua indera kita. Dengan kata lain, IR kita memiliki komponen VAKOG sebagai susunan unsur mereka, ditambah dengan bahasa.

NLP menjadikan penggunaan fakta lebih menyenangkan, bahwa representasi internal yang tidak ada di tingkat logis yang sama seperti kejadian itu sendiri. Perbedaan ini menjelaskan mengapa kita hanya bisa ber-hubungan dengan dunia di luar sana melalui proses neuro-linguistik kita. Tuhan memberi kita banyak portal (indera, reseptor rasa) ke dunia luar dan namun kita menjadi “part” dari dunia luar tadi namun sementara itu kita masih di dalam diri kita.

Kesimpulan berikutnya mengarah kepada melibatkan impossibility- neurologis kita, kita tidak pernah dapat mewakili suatu peristiwa eksternal persis seperti yang ada di luar sana.

Pertimbangkan: Saya melihat sebuah apel. Saya membuat gambar internal itu. Batang dan kerucut mata memberi saya rasa internal “warna”. Indra saya yang lain memperkaya gambar ini. Tetapi terlepas dari betapa kaya, beragam, atau lengkap gambar saya, ituhanyalah berfungsi sebagai “peta”. Jika Anda melihat apel yang sama, Anda tidak akan terhibur sama persis dengan gambar tadi. Dan Apel yang saya bayangkan tidak akan sama dengan apel yang Anda bayangkan karena gambar tadi adalah sistem saraf Anda yang tidak bekerja persis dan tepat dengan cara yang sama pada saya. Dua orang melihat kecelakaan dari posisi yang sangat mirip (tidak pernah “sama”) tetapi ketika mereka melaporkannya, perbedaan antara laporan mereka muncul. Mengapa?

Karena perbedaan persepsi mereka yang timbul dari perbedaan individu ketika melakukan neuro-linguistic processing dan internal representations mereka.

Apa yang menjadi dasar perbedaannya? Masing-masing mereka merepresentasikan kecelakaan tadi meng-gunakan rasa gugup dan sistem saraf dan pikiran yang sedikit berbeda diantara mereka!

“Peta bukanlah wilayah” atau dengan kata lain, “Menu bukanlah makanan”. Kita tidak beroperasi secara langsung di dunia, tetapi pada persepsi pribadi kita di dunia. Terlepas dari peristiwa eksternal, sebagai subyek, kita membangun subjektif internal kita sendiri atas realitas itu dan lalu membangun internal yang menentukan pikiran, emosi dan respon kita masing-masing.



We can never represent an external event exactly as it “exists out there”.



Therefore,
“The menu is not the meal”.




Kita tidak pernah dapat menggambarkan suatu peristiwa eksternal persis seperti "yang  ada di luar sana".
  
Oleh karena itu,
" Menu bukanlah makanan".

No comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar, terimakasih.