Kejemuan beragama sangat kentara kita lihat sekarang, jumlah orang yang beribadah shalat di masjid jauh sangat kecil dibandingkan dengan yang sedang bersenang-senang di jalan dan pasar. Jumlah yang mengaji dengan jumlah yang membaca novel atau nonton tv menjadi sebuah ironi yang sangat mengejutkan kita jika kita mau menghitungnya.
Remaja lebih senang bermain-main dan melupakan belajar agama sudah menjadi warna yang lumrah di zaman sekarang, mereka sangat minim tentang informasi keagamaan namun mereka sangat kaya dengan informasi media hiburan. Begitu juga bagi kita yang dewasa, bekerja dan mendapat uang lebih menyenangkan ketimbang beribadah, sehingga pekerjaan adalah utama sedangkan ibadah yang wajib saja sering tidak kita jaga.
Aku sulit menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi semacam diatas kecuali dengan kata "Kejemuan" dalam beragama.
Apa yang menyebabkan ? apa yang terjadi ? Kenapa bisa seperti ini tanpa kita sadari ?
Aku melihat ada ketimpangan dalam pengelolaan hidup keagamaan sekarang, ada ketimpangan yang terjadi oleh yang bertanggungjawab untuk mengelola kehidupan keagamaan di masa sekarang. Siapa mereka ? menurutku mereka adalah ; sang pemimpin negara, para ulama, para ustadz/guru, dan para cendikiawan islam. Mereka melupakan satu sisi yang urgen dalam hidup beragama. Yaitu jaminan agama bagi ummatnya bahwa mereka akan "Hidup Bahagia di Dunia" bukan hanya "Hidup Bahagia di Akhirat".
Sebagai contoh; tidak ada jaminan dari pemimpin ummat ini bahwa fakir dan miskin akan bisa hidup layak dalam masyarakat Islam, pemimpin ummat sekarang mereka tidak berani menjamin? kenapa ? Apakah karena mereka tidak mengatahui bagaimana menerapkan Agama ini agar fakir dan miskin akan bisa bebas dan hidup layak sebagaimana masyarakat lainnya? Kebodohan dan Ketidak beranian mereka yang memimpin ini menjadi kerugian bagi ummat sekarang.
Kejemuan ini menjadi indikasi berbahaya dari kekhidupan sosial keagamaan, menjadi indikasi adanya kesalahan pengelolaan.
Mari kita memulai menampilkan agama ini dalam kondisinya yang nyata, bukan hanya janji-janji kehidupan akhirat yang bahagia yang ditawarkan, pemimpin dan ulama juga harus bisa menjamin kehidupan ummatnya di dunia ini bahagia di semua sisi . Mampukah mereka ? jika tidak mampu menanggung beban ini jadilah agama ini menjadi ruang yang sempit yang hanya akan dihuni oleh sebagian orang dalam jumlah yang sangat sedikit yang usianya sudah hampir "mati" atau tua yang sudah mampu beragama dengan naluri ikhlas saja, yang lain pada ke mana ? Yang lain berada di luar, berada di ruang lain meskipun statusnya Islam namun mereka berada di ruang kehidupan yang lain.
Bukan salah ummat ini jika mereka mulai jemu.
No comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar, terimakasih.